teman ipul

Sabtu, 05 Januari 2013

MAMA AKU JATUH CINTA (MAMA JUGA PERNAH)




CERPEN PEMENANG LOMBA KOMPETISI CERPEN
“SWEET MOMENT WITH MOM”
FORUM STUDY MAHASISWA ISLAM, FAKULTAS EKONOMI UMRAH
TANJUNG PINANG
Oleh saiful karama

Assalamualaikum kak Nova, uangnya sudah aku transfer, berarti sudah lunas. desain juga udah aku kirim ke inbox fb kakak” sebuah pesan singkat untuk kak Nova.

#Januari 2011

 “Buruan dong ma!” celotehku tidak sabar.
“Iya bang, iya. ini juga mama udah siap. Loh kok pakai tas segala?” Tanya mama sedikit kebingungan melihatku membawa tas di punggungku. “Ngapain bawa laptop segala?” lanjut mama yang  ternyata mengetahui kalau aku memasukkan laptop kedalam tas.
“Hehehe, ada deh ma. Yok kita jalan.”
“Kemana bang?”
“Ada deh ma. Udah mama ikut aja!” ajakku pada mama yang terus bertanya kemana sejak tadi pagi saat aku mengutarakan akan mengajak mama keluar malam ini.
“abang tunggu, aku ikut!” teriak adikku hijra dari dalam kamarnya.
“Eh, gak boleh. Ini urusan orang besar!” mendengar jawaban itu hijra pun langsung manyun dan masuk kamar. Saat kami lewat depan rumah, ada bapak yang sejak tadi sedang ngomel pada anak-anak yang tertangkap basah  memanjat pohon jambu kami diam-diam. Ceramah bapak lumayan panjang dan nyaris setengah jam sudah berlalu. Kasihan anak-anak itu.
“Pa, kami jalan dulu. Assalamualaikum!” sahut ku pada bapak.
“Mau kemana, kok sama mama?”
“Ada deh, dadah!” kami pun berlalu meninggalkan bapak yang sedang melihat kepergian istrinya tercinta. Gak lama kok pa, cuma pinjam mama sebentar.
“Emangnya kita mau kemana bang?” Tanya mama yang terus penasaran.
hehehe, ke warung mie ayam di depan ma.”
“Mie ayam, Loh ada apa ini?. kok traktir mama mie ayam?” Tanya mama agak heran.
Yee, siapa yang mau traktir mama. Orang Cuma lewat dan lihat doang.”
Oo, kirain mau traktir mama.” Jawab mama agak ketus.
“Hehehe, bercanda ma. Iya abang mau traktir mama makan mei ayam. Abang gajian dari tempat magang tadi, hihihihi!”
“Gajian?. Wah kenapa gak ngajak yang lain juga tadi?”
Hihihi, mau curhat ma. Cuma sama mama aja. kalau ngajak semua nanti gak afdol.”
Yee, ada-ada saja. Nanti bungkus ya, buat bapak, santi ama hijra.”
“Aman  ma, tenang aja. Nanti tetangga satu blok kita belikan mie ayam.”
Yee, mentang-mentang lagi tajir!” hahahah, Jelas aku berani, karena satu gang rumah kami hanya empat keluarga dan setiap keluarga terdiri dari  empat orang, program kb sukses di gang rumah kami. Kalau mau traktir mereka saja uangku cukup, insyaAllah.
Dan akhirnya kami sampai di warung mie ayam langganan keluarga kami. warung mie ayam om ganteng. Sebenarnya bukan itu nama warungnya, tapi itu julukan ku buat om nya supaya sering dikasih bonus. Dan Alhamdulillah selalu berhasil. Walaupun sesungguhnya bapak ku lebih ganteng dari om itu, walau pun sesungguhnya aku bohong. Dan sesungguhnya aku tidak dipaksa siapapun untuk berbohong, dan sesungguhnya kenapa sejak tadi aku ngomong sesungguhnya, sesungguhnya apakah aku bisa menghentikan kata sesungguhnya yang sesungguhnya sejak tadi keluar dari mulutku dan sesungguhnya tak terhentikan ini. Aamin.
“Halo mas bro, makan apa nih?” Sapaan ramah ala om ganteng. Demikianlah beliau menyambutku bila yang datang aku. Aku lumayan akrab dengan beliau.
“Ma, mama makan apa?” tanya ku pada mama tanpa menjawab tanya om ganteng dulu.
“Mama makan mie ayam bakso bang” ini memang makanan kesukaan mama.
Ok om, mie ayam bakso 2 ya!” pesan ku pada bang ganteng.
“Ok mas bro, silahkan duduk!” ucap om ganteng melayani kami dengan akrab. Sambil menunggu pesanan kami, ku manfaatkan kesempatan untuk bercanda dengan mama berdua saja. Jarang mendapat kesempatan seperti ini. Dirumah mama selalu sibuk dengan urusan rumah tangga. Dan dikala siang, mama juga jadi baby sitter dadakan, harus menjaga tiga keponakan ku yang bandel minta ampun. Cukup meguras tenaganya. Apalagi keponakan-keponakan beda karakter namun kacau luar biasa. Yang pertama bernama miko, penderita diselexia yang cengeng minta ampun, selalu jadi bulan bulanan afni. Afni, keponakan perempuanku yang paling kecil. Tiada hari tanpa tingkah menjengkelkan. Seluruh blok perumahan tempatku tinggal sudah kenal akan reputasi bocah 5 tahun itu. Bandel luar biasa. Kejahilannya yang paling dahsyat adalah suka sembunyi diatas pohon. Karena badannya  yang kecil dan pohonnya juga rimbun mengakibatkan ia sering tak terlihat. Ini ia lakukan di waktu tertentu saja, waktu disuruh mandi dan minum susu. Lain lagi dengan yang ketiga, Ifam namanya, si gila balap sepeda. Murid TK yang nurul ilmi satu ini menjadikan jalan raya sebagai arena balapnya. Reputasinya tak kalah gawat. tiga kali tabrakan sesama sepeda, tiga kali menabrak ibu-ibu, lima kali menabrak bapak-bapak, dua kali menabrak anak-anak, enam kali menabrak motor dan satu kali menabrak angkot. Demikian data ter up-date. Kasihan mama, pasti capek sekali. Baru tentang ketiga tuyul itu dan belum lagi bagai mana cerita mama mengurusi kami.
“Ini mas bro, mie ayamnya. Minum apa nih?” tanya om ganteng.
“Kuku bima susu om, kayak biasa.” Minuman tersebut adalah minuman kesukaan ku sejak Negara api datang menyerang.
“Terus, kakak nya mas bro minum apa?” lagi-lagi pertanyaan aneh.
“Kakak?, ini mama saya om!” jawabku agak ketus. Tidak, jawabku lumayan ketus. Oh bukan ku jawab dengan sangat ketus banget, ciyus aku ketus banget.
Loh, mamanya toh?, kok masih muda ya?” kalimat gombal gembel meluncur dari mulutnya.
Om (berhenti sejenak dan menarik nafas dalam-dalam), mama saya sangat mencintai bapak saya. Dan om gak mungkin ada peluang sekalipun om adalah penjual mie ayam terganteng se-kota batam.” Kalau kalimat ini ku ucap dengan ketus penuh penjiwaan.
Hehehe, bercanda doang mas bro, ih serem ah. Kok mamanya gak mirip sama anaknya. Mamanya cakep anaknya kok jelek.” Oh, my, God, One more person find for death toningt. Lagi lagi om bercanda, dan ku jawab dengan cemberut se suram-suramnya.
Hahaha, bercanda mas bro. Ih mas bro sensi banget sih. Ampun ya mas bro.” sambil menirukan gaya Stefani alias sulaiman, banci salon simpang jalan depan bude penjual gorengan pinggir jalan RT 01 RW 13 kelurahan kabil kecamatan nongsa kota batam profinsi kepulauan riau Indonesia raya.
“Boleh, tapi kasih potongan harga ya!” ku rasa negosiasi ini cukup adil.
“Ogah, mending pertumpah darah deh” jawab om nya dengan wajah pelit. Kali ini menirukan gaya bapakku lagi rebut antrian bensin dengan supir angkot. Persis sekali.
Ih pelit banget sih om.”
Hehehe, ya udah ibu pesan apa bu?” om ganteng langsung bertanya pada mama.
“Teh hangat om” jawab mama singkat dan senyum pun singkat, dia takut pada orang aneh seperti om ganteng.
“Ok siap, kalau mas bro pesan minum apa?”
“Kuku bima susu om ganteng,!” jawabku sambil teriak membuat semua pengunjung pelanggan om ganteng beralih perhatiannya dari mie ayam dahsyat ke meja kami. Dasar orang-orang ini, belum ernah lihat orang keren pesan kuku bima susu sambil teriak rupanya.
“Siap laksakan!” om ganteng pun berlalu.
“Ada apa sih bang?, kok tumben ngajak mama makan mie ayam berdua aja” Tanya mama lagi dan lagi.
”Hehehe, kan udah abang bilang tadi. Mau curhat, ma.”
Curhat apa?” tanya mama makin penasaran saja.
“Ada deh.  Ayo ma, makan dulu. Nanti kita curhatnya” mengalihkan pembicaraan pada mie ayam.
Hmmm, mama jadi penasaran” makin penasaran saja mama ku buat. Tak apa, aku juga sedang mempersiapkan kejutan. Dan kami pun melajutkan dengan makan mie ayam, diselingi obrolan ringan.
“Om ganteng, tambah satu!” teriakku
“Siap bang bro!” jawab om ganteng mantap.
Ih, abang kok makannya banyak amat?” mama heran mendengarku minta tambah pada om ganteng.
“Jangan heran bu, dia pemegang rekor di punggur. Kemaren saja tiga mangkok.” Om ganteng membuka aibku yang selama ini belum mama dengar.
“Ha?” Mama kaget keheranan dan aku Cuma nyengir-nyengir saja melihat ekspresi kaget mama. Tentu berita ini tak boleh sampai ke telinga bapak. Karena bapak paling tidak suka aku makan mie kebanyakan. Tiga mangkok mie ayam akan jadi tausiah yang sangat dalam dan panjang.
“Nih mas bro, minumnya tambah gak?”
“Iya om, kayak gini juga.” Sambil menunjuk kuku bima susuku yang nyaris ludes.
“Siap laksanakan!”  om ganteng meniru Pembina upacara
“Laksanakan” jawabku pada om ganteng tak mau kalah dan aku meniru gaya pak SBY. Om ganteng pun kembali bekerja.
“Jangan makan mie banyak-banyak bang” mama mencoba menasehatiku yang mulut penuh dengan mie ayam.
hohohohoho, oyo mo, onsolloh” sebenarnya aku sedang mengucapkan hahahahaha, iya ma, insyaAllah. Tapi karena mulut ku penuh dengan mie ayam, omongan ku jadi tidak jelas.
Akhirnya mie ayam kami habis dengan skor sementara 3-1, aku 3 mangkok dan mama 1 mangkok. Mama hanya geleng-geleng, abang-abang medan geleng-geleng, pak imam masjid Al-Ikhlas geleng-geleng, Pak lurah, pak camat pasti akan geleng-geleng. Dan pak SBY pasti geleng geleng juga, semuapun geleng-geleng. Terus, siapa yang angguk-angguk? project pop doang?.
Hayo, kan makan udah selesai, mau cerita apa tadi?” mama menagih janjiku.
Oh, bentar ma.” Aku ke belakang, ke tempat om ganteng dan mengambil kain yang menggantung di bahunya lalu kembali ke meja. Mengelap mejaku yang kotor dengan lap yang tadi ku ambil.
Eh, flores (julukanku di komplek, bukan bermaksud sara tapi karena aku memang orang flores) Itu lap muka gua, ngapain lo pakai lap meja?”
“Ha, Lap muka ya?, kirain lap meja. piece om, kita damai, ok” sambil nyengir melihat wajah ketus om ganteng. Om ganteng hanya cemberut lebih, jelek dari cemberutku tadi. Ternyata makin ganteng seorang penjual mie ayam, cemberutnya makin menakutkan. Cemberut om ganteng tak ku gubris, lanjut ke mama dan curhat kami sebentar lagi dimulai. Dudukku pun pindah ke sebelah  mama, sambil mengeluarkan laptopku dari tas lalu ku hidupkan di hadapan mama.
“Mau ngapain sih, bang?” mama makin heran, karena sepertinya tingkah ku ini agak aneh. Bisa di pastikan hanya aku yang buka laptop di tempat mie ayam sepanjang sejarah warung om ganteng.
“Ada deh ma, bentar ya.  Gak lama kok.” Aku bisa bilang gak lama, tapi setelah lima menit baru lah vanesya (nama laptopku, biasa aku juga memanggilnya beb, atau bebeb, atau baby) bisa melek. Maklum, di dalam tubuhnya bersemayam sebuah peternakan virus. tenang saja beb, besok kamu akan aku install ulang.   
Akhirnya vanesya melek juga. Tak berlama lama, aku langsung pada tujuan inti.
“Siapa ini bang?” Tanya mama ketika melihat foto seorang gadis yang ku tunjukkan.
“Namanya maya ma, Maya Qorri Aina” aku perkenalkan gadis itu.
“Maya, siapa?” Tanya mama karena belum pernah melihatnya.
“Hehehe, calon menantu mama”
“Hahahahahahahahahahha!”, tertawa mama lepas sekali, aku rasa ini tertawa kebahagiaan karena akhirnya terbukti aku normal dan mencintai perempuan. Cukup lah tak perlu aku jelaskan kenapa aku berfikir demikian.
Loh, kok mama ketawa?”
Hmm, gak kok bang. Mama bersyukur , bersyukur aja” tuh, kan benar, pasti bersyukurnya karena terbukti aku normal dan mencintai perempuan.
“Bersyukur kenapa ma?” Tanya ku agak penasaran dan was-was.
“Ya, bersyukur. Cantiknya anak ini.” Mama mengatakan maya cantik. Ada dua angin segar sekaligus yang meniup benakku. Pertama, ternyata mama selama ini tak berfikiran aku tidak normal, pasti mama Cuma berfikir belum ada wanita yang beruntung saja. Kedua, mama bilang maya cantik. Itu artinya selain normal, aku juga terbukti punya selera yang bagus. terima kasih ya Allah, mama selama ini tak menduga ku sebagai anak tidak normal karena jauh dari wanita.
Hehehe, iya ma cantik, makanya abang suka.” Aku riang minta ampun, girang seperti fikri anak lek dang yang sedang mendengar lagu iwak peyek dari trio macan.
“Tinggal dimana bang?” mama menanyakan alamat maya.
“Semarang ma, tapi sekarang lagi sekolah di jombang”
“Jombang? Kampus mana?” mama heran kenapa menantunya begitu jauh (gubrax buat kata menantu).
“Bukan ma, tapi di MAN tambak beras jombang.”
“MAN?. Masih sma dong. Kok di jawa timur? Bukannya kata abang dia orang semarang?”
“Iya ma, dia mondok di sana di pondok pesantren al-wardiah jombang, dia santriwati” ku perjelas.
“Kenal maya dari mana bang?”
“Hehehe, di fb (facebook) ma, tahun lalu ma.” Setelah jawaban itu mama terus memperhatikan foto sang gadis dan beberapa koleksi foto yang lain maya sambil senyum-senyum.
“Kok bisa suka sama dia?” mama mulai meng-introgasi perihal perasaan.
“gak tau, ya abang suka aja” singkat, sebenarnya bukan ini jawaban sesungguhnya, mama pasti mengerti.
“kalau suka, terus?” mama mulai memancing,  kusambut lugas dan pasti.
“Lamarin maya buat abang dong  ma” inilah yang pantas di sebut to the point.
“Hahahahahahahaha.” Ketawa mama kembali lepas, tapi tak hanya mama yang ketawa. Abang-abang di belakang juga ketawa. Sontak membuat ku bangkit dari kursi dan teriak.
Heh, ketawa apa lo pada ha?.  Ketawain gua?” Tanya ku melotot tak terima mereka menertawakanku. semuanya pun diam dan ada satu yang angkat bicara itu pun dengan segannya.
“gak bang, gak. Kami ketawain yang lain kok.” Abang itu mencoba menjelaskan.
“Oh gitu?” aku kembali duduk dan melupakan mereka.”Ayo ma, kita lanjutkan curhat kita.”
“Dimana tadi kenalannya?” Tanya mama sepertinya ini sudah mama tanyakan tadi.
“Di fb ma. hehehe, lamarin maya dong ma”
“Yee, nanti dong bang. Buru-buru amat, abang udah kenal orangtua maya?” 
Udah ma, rencananya abang mau kirim surat ke bapak maya. Oh ya ma, bapak maya juga jualan mie ayam loh ma”
“Ha, tuh kamu cocok banget ama bapaknya maya”
“Ya ampun mama, lamar maya nya, bukan bapak nya.” Aku coba mempertegas dan mama kesedak mendengar nya.
“Tadi abang bilag apa?. Surat?” tanya mama kaget.
“Iya  ma. Surat kok ma, surat doang gak pakai pelet dan santet. tapi kok mama kaget?”
“Hihihihihi.” Mama ketawa geli, membuat ku bingung. Hari ini mama banyak ketawa dan aku mulai sedikit khawatir. 
“kok mama ketawa sih?”
“Gak ada kok bang.” Ada yang mama rahasiakan sepertinya.
“Ayo dong ma cerita!” agak merengek.
“Kasih tau gak ya?” canda yang justru keluar dari mama dan kubalas dengan cemberut, tak kusangka mama malah menjawab. “abang kalau cemberut kayak bapak.”
“Ya iyalah, abang kan anak bapak ma. Sejelek-jeleknya abang, abang jelek kayak bapak”
“Bahahahhahahahahahahah.” ketawa pecah dan jelek sekali bunyinya. Tapi bukan dari mama melainkan dari abang-abang jelek yang tadi ketawa di belakang ku. membuat ku naik tensi
“Heh, ketawa apa lagi?. Pengen makan kursi lo?” serapah ku dengan berang.
“Gak bang, gak. kami ketawa yang lain.”. dasar orang-orang itu mengganugu curhat ku dan mama saja.
“Ma, kenapa sih mama ketawa tadi?”
“Mau tau ceritanya?” tanya mama dengan irama menggoda membuat ku penasaran. Sejak tadi penasaran terus.
“Mau mau mau,”  sambil menunjukkan tampang polos ala shin chan, bayang kan lah wahai kau anak manusia, seperti apa ketika aku meniru sinchan (gak banget kan?).
“Dulu bapak juga ngirim surat ke kakek mu. Proses kenalan mama dan bapak nyaris kayak kamu dan maya. Bedanya kalau kalian lewat fb, mama dan bapak kenalannya lewat kolom sahabat pena majalah Santana Indonesia”. Aku ingat majalah itu. Nama adik ku yang paling tua diambil dari singkatan majalah itu. Santi, Santana Indonesia. Majalah itu majalah langganan bapak dan mama. Dulunya bapak pernah mengirim fotoku yang baru bisa merangkak, dan yang tertulis di majalah itu aku bercita-cita menjadi petinju. Sungguh itu keputusan sepihak dari bapak yang nge-fans berat pada Muhammad ali. Terbukti aku sudah dibuatkan sansak tinju dari bantal guling yang digantung semenjak berusia dua tahun. Sungguh itu mainan yang merusak masa kecilku. Aku tak berani menyentuhnya sama sekalu karena dulu aku mengira itu adalah pocong yang digantung bapak walhasil aku ketakutan masuk kamar selama berhari-hari setelah menda itu di gantung di kamar. Aku pun nyaris tidak percaya kalau bocah imut di foto itu aku. Putih, gemuk dan aura nya cerah. jka aku berkaca sekarang, oh no my god, what happen to me?
“Terus ma, gimana kelanjutannya? Aku makin penasara (terus kalau penasaran gua harus bilang waw gitu?)
“Ya gitu, bapak kirim surat terus ke mama. dan kirim ke kakek juga”
“wah bapak berani ya, abang aja belum ngirim udah takut. Bapak bilang apa ma, disurat?”
“Tau gak bang, bapak bilang gini : sudah seluruh taman bunga kusinggahi di negeri ini tapi tak ada yang seindah taman bunga di Belitung (kampung halaman mama)” cerita itu membuat mama senyum tapi aku malah ketawa geli. Ternyata, bapak tak pandai bikin puisi. jelek sekali caranya menggombal. Jelas sekali teori bapak tidak akan manjur jika menggoda gadis-gadis jaman  sekarang. Dan satu lagi, kata bapak sudah seluruh taman bunga di negeri ini dia satroni aku yakin dia belum pernah ke taman bunga alun-alun engku putri.
“Hihihi, puisi bapak jelek ya. Terus tanggapan mama gimana?”
“Mama Tanya ama kakek, taman  bunga paling indah di Belitung, itu dimana ayah?. Terus kakek mu jawab, itu maria, ilalang depan rumah mu, itu lah taman bunga terindah”. hmmmm, ternyata bakat romatis ku menurun dari kakek ku, almarhum Arim . Kakek bisa menangkap makna puisi tak seberapa bapak. Bahwa taman terindah itu adalah taman cinta mama. Walau bapak menggunakan istilah lugas ala film drama percintaan indonesia 80 an, Basi dan gak asyik. Harusnya bapak  dulu membeli buku khalil Gibran agar rayuannya lebih dahsyat dan gombal.
“Terus ma terus,” aku terus menodong mama dengan pertanyaan.
“Kan dulu mama pernah cerita, bapak ngirim surat terus. mama kira bapak bercanda dan Cuma iseng. Dan gak taunya, bapak datangin mama ke Belitung. Baru kali itu mama di bikin mati kutu sama laki-laki. Dan terbukti bapak mu adalah laki-laki paling berani yang dekatin mama.”  Hmmmm mental berani, semoga aku juga berani melamar maya, ucapku dalam batin.
“Ma , abang gak tahu kapan ketemu sama maya, apa abang bisa ketemu maya?”
“InsyaAllah bisa. Tuh buktinya mama dan bapak. mama gak nyangka bisa ketemu bapak. Kami saling tukar surat selama bertahun tahun tanpa pernah ketemu sampai waktu kami mau nikah.”
“dulu apa mama jatuh cinta sama bapak?” Mama hanya diam, dan tak lama iya mengangguk, mama masih malu mengakuinya. But why you shy mama?
“abang harus gimana dong ma?”
“Berdo’a, percaya lah pada doa. Mama dulu juga gitu, entah kenapa walau mama belum pernah ketemu bapak, mama bisa rasain kalau mama jatuh cinta sama bapak dan berdoa supaya ketemu sama bapak. (berhenti sejenak sambil tarik nafas) iya bang, mama jatuh cinta, walau gak pernah ketemu. Tapi mama tahu, kalau bapak gak main-main. mama tahu bapak juga jatuh cinta sama mama tentunya. dan terbukti. Mama baca diary bapak, sejak kenal sama mama, bapak langsung punya waktu khusus hanya untuk mendoakan mama. Di kala sore hari.”  To tweeeet (so swet), aku melongo mendengarnya. Tak kusangka, mereka dulu punya cerita seperti ini. Dan aku, baru saja akan mulai. Membuat ku yakin bahwa aku akan dan insyaAllah ketemu maya. Yang kubutuh hanya doa dan keseriusan.
“Jadi, sekarang maya pacar abang?”
“Bukan ma, maya itu calon istri abang” tak tahu malu (sedikit).
“Hahahh,iya deh iya. Yang penting serius, berdoa, dan gak boleh sakiti dia. Janji?”
“Janji!” sambil mengepalkan tangan dan kuangkat,
“Merdeka!” teriakan abang-abang yang di belakang ku tadi,
“Ya merdeka!. Horas bah!” kusambut merdeka dari mereka. Setelah itu kami bersalaman satu sama lain antara aku dan abang-abang tadi. Saling berpelukan akrab bahkan mereka ada yang menangis haru. sungguh suasana tiba-tiba jadi gaje  (gak jelas) banget. Hari itu mama membeberkan bagai mana kisah cintanya, dan aku membeberkan kisah cintaku. Sungguh suasana yang kurindukan, mama mengajariku managemen cinta jarak jauh nya dengan bapak. Patut ku tiru karena jarak ku dan maya baik jarak tempat dan usia juga jauh. Dia di semarang dan aku kepulauan riau, usia kami terpaut nyaris 7 tahun, ideal sebenernya. Semoga mama bisa mengajari banyak hal pada anaknya yang sedang terlibat, LDR (long distance relationship) ini.
Malam itu berakhir, Aku dan mama pulang sambil membawa 20 bungkus mie ayam untuk bapak, adik adikku dan tetangga. dua jam kami curhat. Sesampai dirumah kami disambut bau menyengat yang ternyata dari dapur. Tiga orang malang kelaparan mencoba memasak. Bapak, santi dan hijra mencoba menggoreng sebuah benda yang kuperhatikan berbentuk bulat tapi hitam sekali serta menimbulkan bau gosong seperti tikus terbakar. Selidik punya selidik itu adalah telor ceplok, kasihan sekali, mereka beruntung karena aku pulang membawa mie ayam. dapur pun mereka tinggalakan begitu saja dan langsung melahap mie ayam yang ku bawa, harus sedikit ku kendalikan agar bungkus mie ayam tak turut di makan mereka. siasanya ku bagi ketetangga. Tapi tiba tiba muncul ide jahil ku.
“Ma, abang mau lihat dong, buku harian bapak ama surat-surat bapak”  sambil berbisik tentu nya. Aku dan mama melangkah ke kamar  dan membaca surat-surat itu. Sontak, aku terpingkal-pingkal. Terbukti bapak bukan orang romantis, kata-katanya seperti rambo yang mencoba menggoda wanita, hihihihihhi. Lucu, lugas, kaku kesana kemari. Pemilihan kosa-katanya seperti pidato presiden orde baru, jangan-jangan bapak nyontek waktu membuat surat cinta. Walhasil  surat cintanya datar. Aku terus saja ketawa dan ternyata tawaku mengambil perhatian bapak. Beliau ke kamar dan langsung merebut surat-surat itu, terjadi pergulatan seru, kejar-kejaran dan teriak-teriak tidak jelas di kamar. Bapak kaget diary nya dibaca.
Kejadian itu berlalu, sudah nyaris dua tahun lamanya. Kini aku terpisah dari mama dan keluarga ku. Aku harus pindah merantau ke tanjungpinang menyelesaikan kuliah ku yang memuakkan ini. Sebentar lagi hari ibu. Moment penting kedua yang akan kulewat kan setelah pada ulang tahun mama aku tidak bisa pulang. Dan hanya bisa sms saat ultah mama, itu pun kata-kata sederhana, dan untuk hari ibu yang hanya 5 hari lagi alhamdulilllah aku sudah memesan hadiah untuk mama.
Wa’alaikumsalam pul, iya. Makasih kakak udah terima uangnya, desain nya boleh gak kirim Via sms aja. kakak lagi gak buka fb.” Balasan sms kak nova masuk ke handphone ku.
“Iya kak, pancake warna merah, kayak yang di foto fb kakak. Kue nya ada 6. Tulisnya di masing-masing kue begini kak :
1.      Selamat hari ibu. Love u mama;
2.      Selamat hari ibu, dari saiful;
3.      Selamat hari ibu, dari bapak;
4.      Selamat hari ibu, dari santi;
5.      Selaat hari ibu, dari hijra;
6.      Selamat hari ibu, dari maya.
 

5 komentar: